“Jangan pernah ragu untuk bermimpi atau merencanakan sesuatu. Tanpa itu, kita tidak akan tahu arah hidup kita.”
Kutipan sederhana itu menyadarkanku bahwa aku harus berani menggantungkan cita-cita, meski terkadang terasa jauh untuk digapai. Sebuah mimpi, sekecil apa pun, tetaplah berarti. Layaknya setetes air di samudra yang luas—tanpa kumpulan tetesan kecil itu, samudra yang megah tidak akan pernah ada.
Perkenalkan, aku Naufal Rangga, siswa kelas 11 MAN 3 Medan. Jujur saja, terkadang aku merasa tertinggal dibanding teman-temanku yang tampaknya sudah berlari kencang mengejar prestasi. Namun, dari perasaan itu aku belajar satu hal penting: setiap orang memiliki zona waktunya masing-masing. Keterlambatan bukanlah kegagalan, melainkan ancang-ancang untuk melompat lebih jauh.
Lantas, di mana posisiku 10 tahun mendatang?
Di tahun 2034, aku melihat diriku berdiri tegak sebagai profesional di industri petrokimia. Namun, aku tidak hanya ingin menjadi pekerja biasa. Aku ingin menjadi bagian dari inovasi anak muda yang mengubah wajah industri ini menjadi lebih hijau. Aku ingin memadukan teknologi dan ilmu pengetahuan untuk menciptakan solusi energi terbarukan yang ramah lingkungan.
Mimpiku tidak berhenti di pabrik atau laboratorium. Pengetahuanku tentang material dan kimia ingin kugunakan untuk misi sosial yang lebih besar: Membangun sekolah ramah lingkungan untuk anak-anak kurang beruntung.
Sekolah impianku ini berbeda. Dindingnya tidak dibangun dari batu bata biasa, melainkan dari limbah sampah plastik yang telah didaur ulang dan diproses menjadi material bangunan yang kuat dan aman. Jika selama ini plastik dianggap masalah, aku ingin membuktikannya sebagai solusi.
Lebih dari itu, sekolah ini akan menjadi laboratorium hidup. Panel surya akan terpasang di atap, dan turbin angin sederhana akan berputar di halaman. Aku ingin masa depan pendidikan tidak hanya terjadi di dalam kelas lewat buku teks, tetapi lewat interaksi langsung siswa dengan teknologi masa depan sejak dini.
Aku ingin menciptakan media pembelajaran di mana siswa bisa merancang ide-ide liar mereka, melakukan eksperimen sains, dan memahami bahwa menjaga lingkungan bisa sejalan dengan kemajuan teknologi.
Untuk merealisasikan visi besar yang menggabungkan teknik industri, material, dan teknologi lingkungan ini, aku membutuhkan fondasi pendidikan yang kuat. Itulah mengapa hatiku mantap memilih Telkom University.
Aku melihat kampus ini bukan sekadar tempat kuliah, melainkan ekosistem yang mendukung mahasiswanya untuk mengembangkan tech-based solution bagi masalah sosial. Di sanalah aku ingin menajamkan kemampuan teknisku agar ide sekolah plastik bertenaga surya ini bukan sekadar khayalan.
Sepuluh tahun ke depan, aku ingin menjadi seseorang yang tidak hanya sukses untuk dirinya sendiri, tetapi menjadi “tetesan air” yang bermanfaat. Mimpiku mungkin dimulai dari hal kecil, tapi aku yakin, tetesan konsistensi dan inovasi itu kelak akan menyatu menjadi samudra perubahan bagi Indonesia.
Oleh : Naufal Rangga

keren pal👍👍
omaygattt nopalll
kerennn
Kelazz pall
Kren x
Keren sekali inovasinya anak muda