Oleh: Muhammad Bintang Satrio
Sepuluh tahun dari sekarang, aku membayangkan sebuah pagi di mana aku berdiri tegak di landasan pacu. Aku menatap langit luas yang membentang di atas kepalaku. Aku, Muhammad Bintang Satrio, siswa kelas X-9 MA Negeri 3 Medan, yakin bahwa impian bukanlah sekadar khayalan. Impian adalah sebuah usaha yang harus diupayakan dan dikejar.
Mimpiku jelas: Menjadi seorang pilot. Bukan sekadar membawa orang menerobos awan, tetapi menjadi bagian dari generasi yang menghubungkan Indonesia secara efisien dan aman.
Aku sadar, perjalanan ini menuntut disiplin ketat dan ketahanan mental. Namun, aku juga sadar bahwa profesi pilot di tahun 2035 telah bertransformasi. Kokpit modern kini adalah pusat data yang canggih. Keahlian menerbangkan pesawat harus dibarengi dengan pemahaman mendalam tentang teknologi di baliknya.
Inovasi Anak Muda di Ruang Kokpit
Aku memiliki misi spesifik: Aku ingin menjadi pilot yang menguasai Avionik Digital dan Sistem Navigasi Cerdas. Aku ingin memanfaatkan Inovasi anak muda untuk mengintegrasikan Artificial Intelligence (AI) demi mengoptimalkan rute penerbangan, meminimalisir turbulensi, dan meningkatkan efisiensi bahan bakar.
Untuk mewujudkan integrasi teknologi dan penerbangan inilah, aku membutuhkan fondasi ilmu yang kokoh. Aku memilih Telkom University sebagai kawah candradimuka. Telkom University, dengan keunggulannya di bidang Teknik Elektro, Data Science, dan Cyber Security, adalah tempat terbaik untuk membekaliku ilmu tentang digital backbone penerbangan modern.
Aku percaya, aku tidak hanya akan menjadi seorang pilot, tetapi juga seorang Aviation Technologist yang memastikan keamanan digital di udara.
Misi di Balik Jendela Kokpit
Sepuluh tahun mendatang, aku ingin melihat diriku sebagai pribadi yang bijaksana dan bermanfaat. Aku ingin menggunakan pengetahuanku—baik tentang penerbangan maupun teknologi—untuk memberikan dampak positif.
Setelah terbang, aku ingin menyisihkan waktu untuk berbagi ilmu, khususnya dalam pelatihan keselamatan penerbangan berbasis simulasi digital. Aku ingin berkontribusi pada masa depan pendidikan kedirgantaraan, memastikan generasi berikutnya siap menghadapi tantangan kokpit digital.
Setiap langkah yang kuambil hari ini adalah bagian dari proses itu. Aku terus melatih diri dalam disiplin, keteguhan, dan terus mencoba hal baru.
Ketika tiba saatnya aku memasuki kokpit untuk pertama kalinya sebagai Pilot Digital muda, aku tahu bahwa rasa bangga dan syukur yang kurasakan adalah hasil dari kerja keras, doa, dan inovasi yang dimulai dari awal—dari mimpi seorang siswa bernama Muhammad Bintang Satrio, yang yakin bahwa langit bukanlah batas, melainkan pintu pertama menuju masa depan.
